Jumat, 19 Mei 2017

TELUR DADAR GOSONG

Pesan ini bagus sekali. Sayang tidak disebutkan nama penulisnya.

TELUR DADAR GOSONG

Setiap hari, ibu selalu menyediakan kami  sarapan dan makan malam.

Suatu malam,  ibu menghidangkan masakan sayur lodeh dan telur dadar yang gosong di depan meja ayah. Saat itu saya menunggu apa reaksi ayah dari sajian ibu.

Ternyata yang dilakukan ayah adalah menyantap makanan yang disajikan sambil tersenyum pada ibu, dan menanyakan kegiatan saya di sekolah.

Saya tidak ingat apa yang dikatakan ayah malam itu, tetapi saya melihatnya  menikmati lauk telor dadar yang gosong.

Ketika saya beranjak dari meja makan malam itu, saya mendengar ibu meminta maaf pada ayah karena telor dadar yang gosong itu.

Satu hal yang tidak pernah saya lupakan adalah apa yang ayah katakan, “Sayang, jangan khawatir, aku suka telor dadar yang gosong”.

Sebelum tidur, saya pergi untuk memberikan ucapan selamat tidur pada ayah. Saya bertanya apakah ayah benar-benar menyukai telor dadar gosong?

Ayah memeluk saya erat dengan kedua lengannya yang kekar dan berkata, “Nak, ibumu sudah bekerja keras sepanjang hari ini dan dia benar-benar lelah. Jadi dengan memakan telor dadar gosong tidak akan menyakiti siapa pun".

Tahu kah kamu nak, yang menyakiti hati seseorang itu adalah

KATA KATA KASAR, ...!!!

Lalu ayah melanjutkan, "Kamu tahu, hidup itu penuh dengan hal-hal dan orang-orang yang tidak sempurna. Ayah juga bukan orang yang terbaik dalam segala hal. Dengan demikian yang ayah lakukan adalah menerima kesalahan orang lain dan memilih untuk merayakan perbedaan. Ini adalah kunci terpenting untuk mewujudkan hubungan yang sehat dan harmonis. Hidup ini terlalu pendek untuk diisi dengan penyesalan dan kebencian. Cintai mereka yang memperlakukanmu dengan baik dan sayangi yang lainnya...". Ingatlah pada pepatah, Jika kamu tidak memiliki apa yang kamu sukai, maka sukailah apa yang kamu miliki saat ini"

Belajar menerima apa adanya dan berpikir positif.... Jalani hidup ini dengan keinsafan nurani. Jangan terlalu perhitungan. Jangan hanya mau menang sεndiri. Jangan suka menyakiti sesama. Belajarlah, tiada hari tanpa kasih sayang. Belajarlah, selalu berlapang dada dan mengalah. Belajarlah, lepaskan beban  hidup dengan ceria. Tak ada yang tak bisa diikhlaskan.... Tak ada sakit hati yang tak bisa dimaafkan... Tak ada dendam yang tak bisa terhapus...

*******

Sahabat dan saudara Fillahku.... Setiap detik hidup ini adalah berkah-Nya. Tak ada satupun hal jelek yang dikaruniakan-Nya. Tapi sudahkah kita bersyukur ?????? Tetap semangat-tetap sabar-tetap tersenyum....😊

Semoga jadi orang  yang berkwalitas. Semoga Hari ini Besok Lusa dan Seterusnya Penuh dgn Senyum Kegembiraan Sukses Lancar dn Bahagia Dunia Aherat.

Aamiin.....

#selfreminder

Senin, 15 Mei 2017

AIR MATA DI PUSARA IBU

AIR MATA DI PUSARA IBU

Oleh: Ust. Fariq Gasim Anuz

Saya pernah membaca buku berjudul Dam'ah 'ala Qabri Ummi (Air Mata di Pusara Ibu) yang ditulis Prof Shalih Al Ayid.
Penulis buku ini sejak kecil ditinggal wafat ayahnya dan dibesarkan ibunya. Perjuangan ibu dan pengorbanan untuk anak-anaknya sangat berkesan di hati anak. Ketika ibunya wafat, ia benar-benar sedih.
Maka, beliau menulis buku tersebut untuk mengenang dan mengungkapkan perasaan sedihnya, mengingatkan besarnya jasa ibu, dan menghibur dirinya agar sabar, ikhlas, pasrah, dan tawakal kepada Allah Subhaanahu wa Ta'ala.

Prof Al Ayid berkata dalam buku itu, “Sesungguhnya doa ibu tidak mungkin meleset. Ibuku-semoga Allah merahmatinya-selalu ridha terhadap anak-anaknya dan sangat mencintai mereka. Ibuku selalu berdoa memohon kebaikan untuk anak-anaknya di setiap waktu.
Berdoa dengan hati yang bersih tanpa ada dendam dan kebencian.
Karena itu, saya melihat segala kemudahan dalam segala urusanku adalah hasil dari doa beliau secara nyata dan tidak ada keraguan sedikitpun.
Berapa banyak pintu kebaikan terbuka untukku dengan tidak disangka-sangka dan berapa banyak tipu daya orang-orang yang iri dan dengki menjadi runtuh karena karunia Allah disebabkan doa ibuku yang dikabulkan-Nya.”

Prof Muhammad Mukhtar Syinqithi, pengajar di Masjid Nabawi dan dosen di Islamic University, Madinah, memiliki kisah lain. Ia rutin mengajar hadis dan fikih di Masjid Malik Su'ud, Jeddah. Kajian berlangsung setiap pekan, antara Maghrib hingga Isya. Setelah azan Isya dan sebelum iqamat, ada tanya jawab selama 20 menit.

Suatu kali, pernah beliau datang dari Madinah ke Jeddah hanya menyampaikan pengajian sekitar 15 menit saja. Ibunya sakit. Beliau tadinya ingin meliburkan pengajian untuk mendampingi dan merawat ibunya, tetapi ibunya memerintahkan dia agar tetap mengajar di Jeddah. Karena patuh kepada sang ibu, ia berangkat ke Jeddah.

Tapi, ia mengajar hanya 15 menit lalu pulang lagi ke Madinah. Perjalanan pulang pergi 900 km hanya untuk mengajar 15 menit! Sebulan kemudian, ibunya wafat-semoga Allah merahmatinya-dalam keadaan ridha kepada anaknya. Mengapa Ibu? Berbakti kepada ibu bapak wajib hukumnya. Berbuat baik ke ibu tiga kali besarnya dari berbuat baik ke ayah. Kedudukan ibu sangatlah mulia.

Kita prihatin sekali jika mendengar sebagian dari anak-anak remaja dan pemuda berani berkata dengan suara lebih keras kepada ibunya. Membantah, memarahi, bahkan menyakiti ibu dengan ucapan maupun perbuatan.

Mohonlah maaf kepada ibu, mintalah ridha dan doanya. Jangan sampai terjadi, ibu kita wafat dalam keadaan kita durhaka kepadanya dan kita belum sempat minta maaf kepadanya.

Sering kita baru merasakan betapa besar nikmat Allah saat nikmat itu dicabut dari kita. Kita merasakan betapa besar nikmat sehat setelah kita sakit, nikmat keamanan setelah datangnya kekacauan, nikmat keutamaan seorang guru setelah kita kehilangannya, nikmat keberadaan orang tua setelah wafatnya. Sungguh beruntung seorang anak yang dapat melihat kedua orang tuanya pagi dan petang.

Sungguh beruntung seorang anak yang masih memiliki kedua orang tua atau salah satunya. Sungguh beruntung seorang anak yang dibutuhkan oleh kedua orang tua atau salah satunya. Sungguh beruntung seorang anak yang mendapatkan taufik Allah untuk berbakti kepada orang tuanya.
Sekian

Baarakallahu fiikum

*dari fb ust Aan Candra Thalib

*Video didapat dari situs berbagi youtube, rekaman kajian dari Rodja Tv

Yuk like & share...

-Majeelis Dakwah Remaja-

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

Follow us !
Facebook : Majeelis Dakwah Remaja
LINE : http://line.me/ti/p/%40nph3562e (@nph3562e)
Instagram : @majeedr1
Telegram : https://t.me/majeedrofficial
Website : majeedr.com